Sejarah Virtual Reality


 

Perkembangan teknologi semakin hari semakin canggih, Sepanjang sejarahnya, manusia berusaha meniru seakurat mungkin realitas di mana ia hidup, menyampaikan sensasi, meniru berbagai aspek realitas dalam bentuk suara, citra, dan lebih jarang pengaruh lain pada indera. 

Salah satu terobosan baru pada tahun 2016 yang mungkin sekarang sudah tidak asing lagi dengan teknlogi Virtual reality ini, Virtual reality adalah sebuah teknologi yang membuat pengguna atau user dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada dalam dunia maya yang disimulasikan oleh komputer, sehingga pengguna merasa berada di dalam lingkungan tersebut. Di dalam bahasa Indonesia virtual reality dikenal dengan istilah realitas maya.

Teknologi virtual reality sejatinya telah banyak diterapkan di beberapa sektor industri seperti kedokteran, penerbangan, pendidikan, arsitek, militer, hiburan dan lain sebagainya. Virtual reality sangat membantu dalam mensimulasikan sesuatu yang sulit untuk dihadirkan secara langsung dalam dunia nyata. 


Sejarah Virtual Reality

Pada tahun 1935, kisah penulis fiksi ilmiah Amerika dan futuris Stanley Weinbaum "Pygmalion's Glasses" diterbitkan. Dalam karya tersebut, protagonis bertemu dengan profesor yang menemukan kacamata yang memungkinkan terciptanya ilusi optik, auditori, gustatori, kinestetik, dan penciuman realitas. Dengan demikian, mungkin representasi konseptual pertama dari realitas virtual muncul.



Mungkin saja karya tersebut terinspirasi oleh pencipta salah satu nenek moyang awal kacamata VR modern, penulis dan penemu Amerika, Hugo Gernsbek, bahwa sebagian besar prototipe awal dari apa yang kita sebut VR saat ini adalah implementasi dari ide-ide yang dijelaskan dalam Kacamata Pygmalion.

Sistem simulasi realitas pertama yang diketahui dibuat oleh sinematografer Morton Haylith pada tahun 1956, dan paten diperoleh pada tahun 1962. 




Mesin virtual reality dari tahun 50-an adalah bilik yang cukup luas, di dalamnya terdapat proyektor sinema terintegrasi yang mereproduksi film pada layar stereoskopis, suara stereo, kursi getaran untuk mensimulasikan getaran (misalnya, kapal yang tenggelam atau runtuh di pegunungan), instalasi untuk mensimulasikan berbagai bau dan emulator atmosfer. fenomena seperti angin dan hujan.

Menurut pencipta perangkat itu, Haiting, Sensorama seharusnya menjadi masa depan industri film. Tapi, seperti yang di tahu, dia tidak melakukannya. Perangkat tersebut tetap menjadi daya tarik kontroversial, yang hanya menghasilkan enam film pendek. Gerai itu rumit dan mahal, yang membuat Sensorama tidak dapat berinvestasi dengan serius dan berskala.


Mungkin ini sejarah singkat mengenai Vitrual Reality atau VR, dan sekarang rupanya facebook sedang mengadopsi teknologi ini, dengan menciptakan meta atau  metaverse hingga berhasil menyedot berbagai brand fesyen untuk bergabung.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.